Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
Minggu pagi (30/11/2014) kemarin, seperti biasa jika ada waktu luang pasti menyempatkan diri menonton serial doraemon yang tayang di RCTI.Kartun legendaris ini memang sejak dulu ceritanya tak pernah membosankan. Tapi baru kali ini melihat yang bener-bener bisa dipelajari dalam kehidupan. Dan kali ini betul-betul keren, membahas soal takdir.
Awalnya Nobita iseng menggunakan mesin waktu ke masa depan untuk melihat masa depan teman-temannya. Kemudian kembali lalu menawarkan teman-temannya untuk diramal.
Hal tersebut dilihat oleh seorang pemuda kurus dan miskin. Pemuda itu meminta diramal juga sambil memohon-mohon. Lalu diajaklah Nobita ke rumahnya. Rumahnya biasa-biasa saja dan cenderung jelek. Ia seorang yang bercita-cita menjadi penulis. Beberapa naskah novel sudah ia buat, bahkan sejak SD tapi tak pernah selesai.
Akhirnya Nobita menyanggupi dan mengajak Doraemon berkunjung ke 5 tahun ke depan. Ternyata pemuda itu tetap miskin, bahkan kertas naskah-naskahnya di jual ke tukang loak untuk ditukar dengan makanan, walaupun akhirnya hanya bisa ditukar dengan 2 gulung tisu toilet.
Lumayan mengenaskan...
Nobita dan doraemon kemudian kembali dan menceritakannya pada si pemuda. Tentu saja pemuda itu sedikit putus asa dan menyadari bahwa ia tak akan bisa menjadi penulis. Lalu dengan memotivasi dirinya sendiri “Aku tak boleh putus asa, mungkin ini bukan jalanku, aku akan mencari pekerjaan lain” kira-kira seperti itu ucapannya versi saya (karena saya juga lupa hehe). Intinya ia bangkit dan berniat memilih pekerjaan lainnya .
Pulanglah Nobita dan Doraemon, di rumah mereka membicarakan betapa kasihannya si pemuda tadi.
Lalu mereka teringat dan berkata “Kalau pemuda itu mengubah jalannya dan tidak jadi penulis, maka pasti masa depannya berubah”. Kira-kira begitu dialog mereka yang saya tangkap.
Mereka memutuskan mengunjungi si pemuda lagi ke masa depan, namun tetap mendapati rumah si pemuda tetap sama bahkan tambah jelek tak terawat. Rumah tersebut kosong dan menurut info dari seorang tetangga, si pemuda belum pulang karena sedang bekerja di pabrik.
Singkat cerita Nobita dan Doraemon akhirnya bertemu kembali dengan si pemuda di rumahnya. Ia bercerita, kini ia lebih bisa mensyukuri hidupnya, ia menyadari meskipun wawasannya kurang tapi ia bisa menggunakan wawasan yang lain untuk tetap berkarya. Ia ternyata tetap menulis novel di sela-sela pekerjaannya. Menurutnya, diramal atau tidak kita harus tetap menerima kehidupan ini dengan baik, menjalani hidup sebaik-baiknya. (Kalau menurut saya sih lebih baik tak usah diramal, hehehe)
Tiba-tiba di sela obrolan mereka datang segerombolan wartawan ingin mewawancarainya karena ternyata novel karyanya mendapatkan penghargaan tertinggi.
Penerimaan terhadap hidupnya selama ini akhirnya membuahkan hasil.
“Nasib orang tidak bisa ditebak, jadi jalani saja apa yang diyakini sekarang”, kata si Nobita.
Asli keren‼!
Sejauh yang saya pahami, begitulah konsep takdir. Ia bisa berubah tergantung keputusan yang kita ambil saat ini. Lalu bagaimana dengan Lauhul Mahfuz? Bukankah semuanya sudah dituliskanNya, bahkan daun yang jatuh pun tertulis di sana?
Saya memahami bahwa apa yang ditulis dalam Lauhul Mahfuz ini masih berupa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika kita memilihnya pada saat ini. Jadi seperti ada kemungkinan-kemungkinan yang jumlahnya tak terbatas ketika kita memilih sebuah jalan atau keputusan. Misalkan, kita saat ini memilih menjadi seorang yang rajin berusaha, selalu bersemangat, dan selalu berpikir positif. Maka mungkin di masa mendatang kita menjadi seorang pengusaha, motivator, inspirator, dan lain-lain. Meskipun kita tak pernah benar-benar tahu kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Bayangkan jika Lauhul Mahfuz ini TIDAK berupa kemungkinan-kemungkinan, jadi misalkan Saudara ditakdirkan menjadi orang yang gagal misalnya. Mudah-mudahan tidak ya, saya berdoa untuk Saudara supaya sukses pada jalan masing-masing. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…
Tapi seandainya benar, apakah Saudara bisa terima dengan rela jika ditakdirkan seperti itu?
Kalau memang satu-satunya jalan yang dituliskan pada “kitab” seseorang adalah menjadi pencuri, koruptor, atau penjahat lainnya, maka bukankah kita tak boleh menghujat mereka yang senyum-senyum di TV itu? Justru kita seharusnya kasihan karena satu-satunya jalan mereka adalah menjadi koruptor, pencuri, penjahat.
Tuhan tidak adil kalau seperti itu dong?
Jangan berpikir seperti itu ya.
Saya yakin sekali kalau Tuhan itu Maha Adil. Saya menangkap KeMaha AdilanNya dari pemahaman tentang takdir ini. IA memberi makhluk-makhluknya berbagai kemungkinan yang bisa dipilih. Nasib kita murni diserahkan pada kita. Saudara bisa memilih menjadi orang yang sukses dalam bidang apapun yang Saudara tekuni atau memilih berkutat dengan kegalauan dirinya. Sibuk memikirkan pacar yang belum tentu akan dinikahi tetapi sudah pasti menghabiskan waktu produktif dan uang yang didapatkan dari orang tua, sibuk mengeluhkan kekurangan dan kesulitan ini itu, dll.
Tapi pada realitanya memilih ini tidak mudah, tapi mau atau tidak mau kita pasti memilih. Dan sangat bisa kita memilih sesuatu yang nantinya akan menguntungkan kita. Terlebih jika kita sadar akan adanya pilihan tersebut.
Lalu apa yang kita lakukan jika merasakan kegagalan seperti yang dialami pemuda tadi?
Kalau yang saya tangkap, saya tak boleh menyerah begitu saja, menerima kondisi saat ini sebaik-baiknya sambil terus mencari passion yang tepat yang di dalam hidup bisa membuat saya merasa bahagia dan bisa bersyukur sepanjang hidup saya. Seandainya sudah ketemu, fokus ke hal tersebut dan jangan pernah berhenti belajar.
Dan yang paling penting adalah yakin, yakin kita punya Tuhan. Tuhan Seluruh Alam Semesta, Yang Maha Rahman. Yang diibaratkan ketika kita datang padaNya dengan berjalan, IA akan datang pada kita dengan berlari. Yang lebih dekat daripada urat leher kita. Yang memiliki langit dan bumi.
Keyakinan tersebut menghasilkan diri yang tak punya rasa khawatir sedikitpun terhadap sandungan-sandungan kerikil dalam hidup. Tak muncul takut menghadapi hidup ini apabila kita memilih tetap dalam jalurNya. Seandainya suatu waktu sedikit keluar dari jalurNya pun kita masih bisa memilih untuk kembali dan mendapatkan rahmatNya. Tetapi berusaha dan berdoalah agar tak keluar jalurNya, maka sampai akhir nanti kita akan selalu dalam jalurNya.
InsyaAllah...
Saling mendoakan, supaya saya dan Saudara tetap dapat menikmati hidup ini dengan tetap berada dalam jalurNya. Aamiin...
Saya kira saya yang sedang banyak belajar ini butuh juga doa dan masukan dari Saudara. Jika Saudara punya pemahaman lain yang lebih hebat dan lebih pas dari pemahaman saya, maka ceritakanlah tanpa ragu. Saya yakin Saudara tak ingin menyimpan pemahaman Saudara yang luar biasa itu sendirian. Siapa tau dengan berbagi ini menjadi jalan Saudara merengkuh rahmatNya.
Dan jujur saya senang sekali jika punya partner dalam belajar mengenai kehidupan.
Bagaimana jika yang Saudara sampaikan salah dan menyimpang?
Penyampaian saya pun tak selalu benar.
Manusia tempatnya salah dan lupa, nanti kita perbaiki bersama. Jangan pernah berputus asa dari rahmatNya.
Sampai jumpa pada catatan-catatan belajar selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
0 komentar:
Posting Komentar
Berilah kritik dan saran yang membangun
Terimakasih ;)