Selasa, 24 Februari 2015

ANEH !!!


Pagi hari di bulan Ramadhan itu, aku sedang bercengkrama dengan beberapa kawan di sebuah tempat asing bagiku. Sungguh ketika orang-orang melihatnya akan mengatakan "Inilah mungkin salah satu dari 8 surga itu...". Tempat di tepi laut yang sepi dan berangin sepoi-sepoi itu memang menjadi surga juga bagiku dan kawan-kawan yang saat itu bersantai sambil berbincang dengan sangat nyaman. Bahkan sama sekali tak terasa kalau kami sedang berpuasa. Back sound kicauan-kicauan burung menambah nyaman perasaan dan hati kami saat itu.

Aku berdiri merenggangkan badan dan asyik menikmati pemandangan dan segarnya udara di pagi itu. Egois sekali aku saat itu, rasanya ingin menghabiskan sendiri oksigen berkualitas tinggi lagi gratis pemberian Sang Kuasa yang memenuhi tempat itu. Sementara itu kawan-kawanku sedang melanjutkan obrolan mereka. Nampak sekali pancaran kebahagiaan dari mereka. Terlihat dari seringnya mereka bercanda dan tertawa.

Aku menarik nafas panjang sekali sambil merasakan nikmatNya yang mungkin hanya bisa dirasakan sekali seumur hidup. Aku bersyukur sekali saat itu, lalu kuhembuskan nafas perlahan mengikuti irama angin yang menerpa tubuhku. Aku tak bisa menahan keinginan untuk tersenyum sebagai tanda syukurku saat itu.

Tiba-tiba "Duarrrrr........ ngiiiiiiiiiiiing......... whuusssssssssss buuuummmmmmmm...........". Jauh di depanku sana ada sebuah pesawat yang meledak dan terbakar di udara dan jatuh di belakang pulau di seberangku. Kami yang sedang bersantai terkejut dan secara spontan berdiri melihat kejadian itu. Kami saling bertanya-tanya tentang kejadian itu. "Pesawat apa itu?". "Bagaimana kondisinya?"."Bagaimana keadaan penumpangnya?". Tentu saja tak ada yang mampu menjawab.

Rasa panik, cemas, simpati, dan rasa-rasa lainnya berkumpul di dalam hati kami. Entah sejak kapan di tempat yang sepi itu tiba-tiba sudah penuh sesak oleh orang-orang yang penasaran, sama dengan kami. Seseorang diantara kami tiba-tiba langsung mengajak kami menaiki kapal kayunya yang sedang bersandar di sebelah barat dermaga. "Ayo, semua naik! Kita tolong mereka!", teriaknya. Kapal ukuran sedang itu ternyata sudah dipenuhi orang-orang berpakaian gamis putih-putih dan bersorban. Memakai tasbih di tangannya dan menggunakan kain hijau tua yang dikalungkan di leher mereka. Mereka duduk beralaskan karpet hijau polos yang sudah penuh. Reaksiku saat itu hanya langsung melompat ke kapal itu dan bergabung di samping mereka dan duduk di bagian yang tak kebagian karpet. Sama sekali tak berpikir apa resiko yang akan terjadi.

Belum juga aku nyaman dengan dudukku, suara mesin kapal sudah menggeram dan beberapa detik kemudian berjalan. Spontan aku berdoa "Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil adziim". Aku sangat kaget karena kapal tersebut justru berjalan ke arah dermaga dengan cepat. Aku hanya berpikir pasti kapal relawan beserta isinya yang aneh itu sebentar lagi menabrak dermaga dan akan tenggelam. Ternyata aku salah, sang nahkoda sudah sangat ahli dalam bermanuver. Seperti layaknya mobil di daratan, kapal itu membelok tajam ke kiri kemudian melaju kencang. Ini hal paling mustahil yang pernah muncul dalam hidupku. "Waah?", kataku tercekat tapi penuh pertanyaan. "Alhamdulillah... huufff", ucapku lega.

Aku berpindah ke bagian ujung depan kapal. Di sana aku bisa leluasa melihat arah laju kapal. Kapal itu melaju cepat ke arah utara menuju tempat jatuhnya pesawat tadi. Melewati beberapa kumpulan pohon bakau yang menghalangi. Salah seorang bapak yang bertugas sebagai awak kapal sempat bercerita padaku. "Beberapa waktu yang lalu di sekitar sini ada kapal yang karam. Kita mencoba membantu, tapi mereka menghilang tanpa jejak", ucapnya. Lalu tiba-tiba bapak itu loncat ke air dan mengarahkan kapal melewati sela-sela pohon bakau. Seperti berjalan di atas laut, meskipun kakinya terendam beberapa centi. "Tapi ini kan tengah laut", pikirku. Ah, aku tak tahu apa yang sedang terjadi dan tak peduli, yang jelas aku menikmati perjalanan tersebut.

Pemandangannya masih konsisten seperti di surga yang ku ceritakan tadi. Tapi aku sempat heran ketika tiba-tiba kapal itu turun ke daratan. Ya, laut ini lebih tinggi beberapa centi dari daratan itu. Anehnya, air laut tak mampu menggenangi daratan itu. Akhirnya kapal aneh itu melaju di darat dan berada di jalan umum bersama kendaraan darat lainnya. Semakin aneh kapal itu. Aku penasaran kenapa kapal aneh ini bisa berjalan di darat. Lalu aku sedikit melongokkan kepala ke bawah ujung kapal itu dan melihat ada sebuah roda di ujung kapal tersebut. "Sejak kapan kapal punya roda dan berjalan di darat? Aneh...", pikirku.

Kapal itu akhirnya kembali masuk ke laut. Cukup terguncang-guncang saat kapal masuk kembali ke laut. Cipratan-cipratan air laut sedikit membasahi kami. Tak terasa asin, justru segar. Kapal berhenti beberapa detik, kemudian melanjutkan perjalanan. "Oh, mungkin lagi ngelipet ban", pikirku sok tahu. Beberapa menit kemudian kami berhenti di sebuah pulau dengan sebuah bangunan yang berbatasan langsung dengan laut. Di sana ada beberapa anak tangga memanjang yang memisahkan laut dan bangunan itu sehingga memudahkan kapal kami bersandar. 

Entah kenapa perasaanku mengatakan bahwa kita berada di negeri tetangga Malaysia. Dan benar saja ketika salah seorang penumpang membenarkan perasaan saya. "Canggih sekali orang ini, bisa tahu perasaan orang", batinku. Aku berpikir bagaimana bisa sampai di negeri orang tanpa persiapan apa-apa dan dalam waktu singkat, sekitar 5 menit. Padahal untuk ke luar negeri membutuhkan surat-surat keimigrasian. Semakin aneh saja di sini, ketika sang penjaga bangunan menanyakan surat-surat kami dan salah satu penumpang kapal yang belakangan ku ketahui sebagai koordinator kami menjawab bahwa surat-surat kami sedang diurus dan nanti akan menyusul. "Emang boleh nyusul ya? Ah, ya sudahlah di sini kami ingin menolong korban pesawat bukan untuk yang lain apalagi untuk mencari jawaban dari hal yang membingungkan ini", pikirku.

Akhirnya kami diperbolehkan masuk menyusuri bangunan tersebut dengan diantar sang penjaga. Mirip kompleks bangunan sebuah sekolah tua. Di sana banyak tumbuhan-tumbuhan yang unik. Salah satunya adalah tumbuhan strawberry yang tumbuh pendek di pinggiran koridor yang kami lewati. Kami pun mengambilnya beberapa lalu memakannya. Aku lupa rasanya, sama sekali tak mirip dengan rasa buah strawberry yang pernah ku makan. Bentuknya pun aneh, lonjong tidak beraturan mirip jambu air. Tapi terdapat bintil-bintil pada permukaannya sehingga aku tak ragu menyebut ini strawberry.

Buah yang ku makan belum habis ketika aku melihat buah yang sama, tetapi berada di pohon yang berbeda. Kali ini buahnya berada di pohon kayu mirip pohon cemara yang cukup tinggi. Sepertinya terjadi persilangan alami antara kedua tumbuhan yang ku temui itu. Analisaku mungkin salah, karena menurut pelajaran biologi yang pernah ku pelajari mustahil hal itu bisa terjadi. Tapi itulah faktanya, fakta bisa dengan mudah mengalahkan segala teori yang ada.

Kami lalu melanjutkan pencarian pesawat yang jatuh itu sambil bercerita-cerita dengan asyik. Lebih mirip wisatawan daripada relawan.
Anehnya, setelah mencari-cari ternyata kami sama sekali tidak menemukan tanda-tanda adanya pesawat yang jatuh di sini. Semangat kami mencari mulai pudar. Meskipun begitu, tak ada rasa kecewa dalam diri kami walaupun tak jadi berpetualang menjadi relawan. Memang membingungkan ketika apa yang kami lihat begitu nyata tiba-tiba seperti hanya ilusi. Padahal kejadian itu sudah berhasil membuat kami panik dan spontan menggerakkan kami menuju pulau ini.

Aku teringat ucapan bapak yang bertugas sebagai awak kapal tadi. Kejadian ini mungkin mirip dengan kisahnya. Ini aneh dan misterius...

Akhirnya kami lebih memilih menikmati suasana sembari mengobrol dan bercanda seperti biasa dengan tetap menikmati buah strawberry "jadi-jadian" yang tinggal kami petik sesuka kami. Singkatnya, kami mengakhiri petualangan kami dan pulang hanya dengan berjalan kaki melewati jalan raya yang dilewati oleh kapal aneh itu. Kali ini tak ada lautan sama sekali. Bahkan tak jelas lagi di mana letak tempat yang kami sebut surga tadi. Tak ada siapa-siapa lagi, hanya aku sendiri yang seolah-olah sedang berjalan, padahal aku sedang diam. Sungguh membingungkan... 

Oh iya, sesampainya di pulau tadi aku tak pernah lagi melihat orang-orang berbaju putih dan bersorban yang ikut dalam kapal aneh itu. Bahkan aku sudah tak ingat bahwa aku sedang berpuasa sehingga bisa dengan lahap memakan buah strawberry yang ada di pulau itu. Itu berarti bertambah lagi daftar kejadian aneh dan di luar nalar yang ku alami saat itu.

Aku masih tak habis pikir....

ANEH!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Berilah kritik dan saran yang membangun
Terimakasih ;)