Skip to content
Assalamu’alaikum :)
Alhamdulillah setelah sekian hari jeda,
ceritanya berlanjut lagi atas izinNya. Saya sudah tidak sabar berbagi
cerita lagi. Jadi, tanpa perlu basa-basi lagi sebaiknya langsung dimulai
saja.
“Metafisika”, ketika denger kata itu baik sengaja atau tidak apa yang ada di pikiran Anda?
Mengerikan
dan harus dijauhi karena berhubungan dengan makhluk dari dunia sebelah,
paranormal, kesaktian, dan sebagian menganggap musyrik? Atau
sebaliknya, bikin penasaran, menghebatkan, dan bermanfaat? Atau bahkan
lucu dan menggelikan?
Jangan nanya balik ke saya ya. Karena saya
sudah pernah merasakan dan memiliki semua persepsi tersebut sehingga
saya khawatir akan bingung menjawabnya. “Kok bisa?”.
Pertanyaan
“Kok bisa?” ini seringkali saya jawab dengan “Masa gak bisa?” atau
“Kenapa kok gak bisa?” atau dalam bahasa jawanya “Nopo kok rak iso?”.
Hehehe….
Memang seiring berjalannya waktu dan pergeseran pemahaman,
persepsi seseorang tentang suatu hal bisa berubah. Itulah yang terjadi
pada diri saya.
Sebelum belajar metafisika, pemahaman saya
tentang itu memang sebatas hal-hal yang berbau mistis, menyeramkan dan
cenderung ke arah yang negatif. Itu mungkin yang sering disebut orang
sebagai sindrom “kebanyakan nonton TV”. Yah dimaklumi saja karena saat
itu masih sangat muda dan belum terlalu kritis terhadap hal-hal semacam
itu. Tapi bukan hanya saya yang seperti itu lho, sampai sekarang masih
banyak dijumpai orang-orang entah tua atau muda yang punya persepsi
demikian.
Persepsi saya mulai berubah ketika saya belajar dan
melakoni langsung menjadi praktisi metafisika. “Asyik sekali rasanya,
bisa ngobatin orang jarak dekat dan jauh, bisa mementalkan orang yang
menyerang, bisa memrogram orang sesuai keinginan, bisa menangkal
gangguan metafisika, dll. Ternyata bermanfaat banget”, pikir saya saat
itu setelah merasakan manfaatnya. (Udah jadi orang “sakti” nih ceritanya
hehehe)
Perubahan persepsi itu terjadi karena ketika saya
belajar dan melakoninya, ternyata aman-aman saja dan tidak tampak adanya
indikasi musyrik, tidak pakai mantra-mantra, puasa atau syarat-syarat
lain, dan sebagainya. Mungkin beberapa keilmuan ada yang melakukan hal
tersebut, tapi tidak dengan keilmuan saya. (Allahu a'lam).
Tentu
saja saya yang rasa penasarannya tinggi menjadi sangat bersemangat
melatih dan mengeksplorasinya. Layaknya seorang anak kecil yang
menemukan mainan baru, mulailah saya rajin browsing mengenai ilmu-ilmu
energi yang sangat beragam. Tapi ujung-ujungnya saya kecewa, karena
banyak sekali yang dalam artikelnya mengharuskan mengamalkan bacaan ini,
doa itu, puasa ini itu yang tidak sesuai syariat. Saya sangat
berhati-hati dalam belajar dan tentu saja menghindari hal-hal yang
demikian. Sampai akhirnya saya menemukan beberapa penjelasan logis
tentang metafisika yang dikemas dalam sudut pandang Hipnosis dan Fisika
Quantum.
Kalau dalam sudut pandang Hipnosis, insyaAllah saya
dapat menjelaskan beberapa prosesnya. Tapi mungkin pada kesempatan yang
lain. Itu juga hasil diskusi yang sangat panjang baik secara langsung
maupun melalui chatting dengan guru, senior di SMA N 2 Semarang,
sekaligus sahabat saya yang luar biasa yaitu Mas Aristian Nugraha.
Beliau ini seorang Hypnotist dan Hypnotherapist yang sudah
tersertifikasi oleh lembaga yang paling kompeten di Indonesia tapi bisa
dengan sabar dan gak ragu-ragu membagikan ilmunya pada saya. Beliau juga
yang membuat saya semakin tertarik untuk mempelajari hypnosis. Saya
ucapkan terima kasih pada beliau atas sharing ilmunya, semoga manfaat
dan kebaikannya berlipat-lipat. Aamiin…
Nah sedangkan dalam
sudut pandang Fisika Quantum, saya sedikit memahami beberapa contoh
kasus dan penjelasannya, tapi jika dijelaskan melalui tulisan pasti
membutuhkan waktu dan pemaparan yang tidak sedikit. Terlebih jika Anda
meragukan kebenarannya. Oleh karena itu akan lebih baik dan menarik jika
didiskusikan secara langsung sehingga benar-benar jelas, serta saya dan
Anda bisa saling belajar satu sama lain.
Perjumpaan saya dengan
konsep-konsep dalam Hypnosis dan Fisika Quantum inilah yang untuk kedua
kalinya mengubah pemahaman saya mengenai fenomena “kesaktian” menjadi
lebih ilmiah. Selain itu banyak teman Facebook saya ini yang hobinya
membongkar trik-trik paranormal yang ternyata banyak sekali
ketidaknyataan di dalamnya. Tak heran saat ini ketika melihat atau
diceritakan beberapa fenomena yang “dianggap” metafisika, saya kadang
senyum-senyum sendiri. Antara lucu, geli dan gemas, terlebih ketika
melihat acara-acara televisi misteri yang “diperankan” oleh paranormal
yang over lebay. Hehehe….
Selain itu, saya menemukan
fenomena-fenomena yang “dianggap” metafisika ternyata bisa
disederhanakan dan diciptakan dengan cepat tanpa latihan berbulan-bulan
atau bertahun-tahun melalui pendekatan ilmu Hypnosis dan Fisika Quantum
yang sangat ilmiah.
Ini sangat menarik….
Bersambung….
Assalaamu’alaikum temans :)
Alhamdulillah saya masih
diberi kesempatan untuk melanjutkan rangkaian cerita ini dan Anda masih
bisa membacanya dengan sangat baik.
Okee ceritanya kita sambung lagi, kali ini saya akan fokus kepada pengalaman menerapkan ilmu metafisika tersebut.
Di
sekolah saya terdapat sebuah aula yang konon kabarnya merupakan
kerajaan jin yang sangat besar. Penguasanya adalah sosok jin laki-laki
besar berwajah mengerikan yang kulitnya berwarna merah berambut panjang.
Memiliki ribuan anak buah dengan berbagai macam bentuk entah itu
laki-laki, perempuan, tua maupun muda, serta anak-anak kecil yang siap
menyerang siapapun yang mengganggu keberadaan mereka.
Jangan sekali-sekali membayangkan bentuknya seseram apa, karena kemungkinan Anda akan nyambung dengan frekuensi mereka waspadalah nanti mereka bisa muncul di sekitar Anda saat Anda lengah.
Tapi jangan khawatir, karena saya hanya mengada-ada saja, saya pun belum pernah kebayang apalagi ditemui salah satu dari mereka. Hehehe…
Pernah
suatu sore saya dan salah seorang rekan sedang bersantai di beranda
masjid sekolah setelah ada sebuah kegiatan. Tiba-tiba kami berdua
dipanggil oleh beberapa anggota dari sebuah ekskul yang saat
itu sedang mengadakan latihan rutin di sekitar aula tersebut. Ternyata
kami dipanggil gara-gara beberapa siswa anggota ekskul tersebut
mengalami kesurupan. Saya dan rekan saya segera saja mendatangi mereka.
Karena merasa bisa, saat itu kami tenang saja. Dengan melakukan
prosedur-prosedur tertentu dalam menggunakan energi yang pernah
diajarkan, kami mencoba mengatasi hal tersebut. Namun apa yang terjadi?
Satu orang belum selesai ditangani, namun sudah bermunculan
“korban-korban” baru yang lain. Seperti yang kita ketahui kesurupan
memang seringkali menular.
Itu membuat kami terpaksa harus
bolak-balik ke “korban” A lalu ke B, ke A lagi, lalu ke C, A minor, D
minor ke G dan seterusnya hahaha…
Capek sekali rasanya
karena energi kami terkuras banyak sekali. Apalagi saat itu menjelang
maghrib yang konon menjadi waktu terkuat para bangsa jin dan
kawan-kawannya. Kemudian kami memutuskan berhenti untuk sholat dulu
dengan pertimbangan para “korban” sudah mulai tenang dan yakin mereka
akan tetap aman walaupun para makhluk masih bersarang di dalamnya.
Seusai sholat maghrib dan menyelesaikan dzikir serta doa, dengan keyakinan bahwa energi kami telah ter-recharge, kami
melanjutkan “pertarungan” kami dengan mereka. Terus terang saya dan
rekan saya kewalahan saat itu. Susaaaah sekali mengeluarkan mereka,
mungkin karena mereka sedang kuat-kuatnya. Apalagi mereka tidak bisa
diajak berkomunikasi. Lalu karena sudah kehabisan akal, kami sepakat
untuk menghubungi guru kami dengan maksud meminta bantuan dari jarak
jauh. Tentu saja rasa percaya diri kami seketika meningkat setelahnya,
energi kami menjadi luar biasa besar. Akhirnya satu persatu korban
berhasil sadar kembali dan berakhirlah “pertarungan” kami, dengan kami
yang keluar sebagai pemenangnya hehehe…
Kalau mengingatnya
saya merasakan keseruannya di sana. Memang seru sekali ketika mengatasi
hal-hal seperti itu. Ibarat sedang bertanding di sebuah pertarungan
lintas dimensi, dimensi nyata dan dimensi ghaib. Tentu saja banyak yang
menonton, di mana-mana tontonan gratis selalu banyak peminatnya hehehe…
Pengalaman
tak terlupakan tersebutlah yang membuat rasa penasaran saya bertambah
tinggi terhadap ilmu-ilmu seperti ini. Saya bersyukur diberi rasa ingin
tahu yang tinggi, sehingga saya selalu mau mempelajari hal-hal yang
lebih dari yang diajarkan guru saya. Ya, saya menjadi sangat hobi
membaca artikel-artikel tentang metafisika, hypnosis, hypnotherapy, dan sebagainya yang akhirnya menggeser pemahaman saya ke pemahaman baru yang lebih logis dan aman dari rusaknya aqidah.
Bersambung…
Assalaamu'alaikum, selamat morning teman-teman yang dimuliakanNya...
Kali
ini ingin rasanya bercerita mengenai awal mula mengapa saya sangat
tertarik dengan dunia pengembangan diri dan kawan-kawannya (Hypnosis,
Hypnotherapy, NLP, Energy Healing, EFT/SEFT, Vibrasi, Quantum dll.)
Mungkin beberapa istilah tampak asing bagi beberapa orang. Tapi
InsyaAllah akan dijelaskan pada rentetan cerita bersambung ini.
Seandainya tidak sabar, mungkin teman-teman bisa langsung googling dan mencari penjelasan langsung dari sumber yang terpercaya.
Tujuannya
selain sebagai pembelajaran saya, juga untuk meluruskan persepsi umum
mengenai hal-hal di atas. Sehingga paling tidak sedikit bergeser
pemahamannya kearah yang lebih positif. Oke kita mulai langsung saja.
Ehm tes tes…
Baiklah,
saya akan mulai dari masa ketika saya duduk di bangku kelas X SMA
sekitar tahun 2010. Di sekolah, saya bergabung dengan sebuah
ekstrakurikuler yang bernama Holistic Healing Training (sekarang
berganti nama menjadi Natural Healing Training) yaitu ekskul yang fokus membahas dan mengajarkan mengenai metode-metode pengobatan timur (Accupressure, Reflexology, Bekam, Thibun Nabawi,
dll.). Saya kira ini hanya ada satu-satunya di Indonesia, bahkan
mungkin satu-satunya di dunia, dan itu di sekolah saya hehe...
Seiring
berjalannya waktu dan bertambah majunya keilmuan, mulailah diajarkan
mengenai keilmuan yang memanfaatkan energi metafisika murni (red:
energi metafisika yang bersumber dari pengolahan energi alam, bukan
dari jin dan kawan-kawannya) yang digunakan untuk pengobatan. Gak
tanggung-tanggung, bukan cuma untuk mengobati penyakit medis saja,
bahkan penyakit non medis seperti santet, tenung/teluh, kesurupan,
gangguan jin, dan lainnya pun bisa baik jarak dekat maupun jarak
jauh.Selain itu juga mempelajari cara-cara pendeteksian energi, beladiri
energi, memproteksi dengan energi, dan lain sebagainya. Di lain waktu
saya akan bercerita tentang ini.
Sampai tahap ini sudah mulai terkesan mistis dan menyeramkan atau belum? hehehe…
Sebenarnya
masih belum terlalu menyeramkan, karena nanti entah pada halaman ini
atau pada halaman yang lain, InsyaAllah akan saya ceritakan pengalaman
saya yang lebih menyeramkan menurut sebagian orang.
Perlu
saya ingatkan kembali terutama untuk diri saya sendiri dan pembaca,
bahwa tulisan ini hanyalah sebagai pembelajaran bagi saya dan bukan
bermaksud “sok” atau “gimana gitu”. Sekali lagi hanya untuk pembelajaran. Jadi, mohon maaf apabila ada kesan yang kurang menyenangkan.
Oke, kembali lagi ke masa SMA. Saya bisa dibilang sangat aktif dalam ekskul
tersebut bahkan termasuk salah satu yang dianggap paling berbakat dalam
bidang metafisika bersama beberapa rekan saya yang juga dianggap paling
berbakat. Ya, karena mungkin saya termasuk orang yang lumayan cepat
menyerap ilmu yang diajarkan. Di ajari cara A bisa, cara B bisa, dan
masih banyak lagi. Tapi belakangan ini saya jadi tahu kenapa saya begitu
berbakat dalam hal tersebut. Karena sebenarnya siapapun bisa dan
berbakat, termasuk Anda. Tapi saya belum berniat membahasnya pada
halaman ini.
Dengan bekal kemampuan tersebut, saya bersama
beberapa teman tentunya sangat dipercaya untuk menangani beberapa kasus
yang seringkali warga sekolah menganggapnya sebagai akibat dari
pengaruh “makhluk lain” atau perbuatan para “orang pintar”. Mulai dari
yang “dianggap” sebagai tenung lah, santet lah, kesurupan atau apapun
yang hampir setiap minggu pasti terjadi di sekolah saya.
Kenapa
menggunakan kata “dianggap”? Ya, karena akhirnya saya memahami bahwa
tidak semua kasus tersebut sumbernya dari hal-hal tersebut. Meskipun
begitu saya saat itu masih meng-iyakan bahwa kasus-kasus
tersebut bersumber dari hal-hal sebagaimana yang sudah disebutkan di
atas. Dengan kata lain, saya belum "sadar" dari semua itu. Nah sampai di
sini pastinya menarik. Intinya saya dan beberapa teman menjadi orang
yang sangat sakti saat itu. Walaupun akhirnya saya tahu bahwa semua
orang sebenarnya “sakti” sejak lahir, dari sananya hehehe...
Itulah
awal mula saya mengenal dunia pengembangan diri, pada cerita-cerita
selanjutnya akan diceritakan bagaimana hal-hal tersebut bisa saya
lakukan, sehingga nanti muncul titik temu bagaimana hal-hal tersebut
secara logika bisa terjadi, InsyaAllah…
Bersambung….
Pagi hari di bulan Ramadhan itu, aku sedang bercengkrama dengan
beberapa kawan di sebuah tempat asing bagiku. Sungguh ketika orang-orang
melihatnya akan mengatakan "Inilah mungkin salah satu dari 8 surga
itu...". Tempat di tepi laut yang sepi dan berangin sepoi-sepoi itu
memang menjadi surga juga bagiku dan kawan-kawan yang saat itu bersantai
sambil berbincang dengan sangat nyaman. Bahkan sama sekali tak terasa
kalau kami sedang berpuasa. Back sound kicauan-kicauan burung menambah nyaman perasaan dan hati kami saat itu.
Aku
berdiri merenggangkan badan dan asyik menikmati pemandangan dan
segarnya udara di pagi itu. Egois sekali aku saat itu, rasanya ingin
menghabiskan sendiri oksigen berkualitas tinggi lagi gratis pemberian
Sang Kuasa yang memenuhi tempat itu. Sementara itu kawan-kawanku sedang
melanjutkan obrolan mereka. Nampak sekali pancaran kebahagiaan dari
mereka. Terlihat dari seringnya mereka bercanda dan tertawa.
Aku
menarik nafas panjang sekali sambil merasakan nikmatNya yang mungkin
hanya bisa dirasakan sekali seumur hidup. Aku bersyukur sekali saat itu,
lalu kuhembuskan nafas perlahan mengikuti irama angin yang menerpa
tubuhku. Aku tak bisa menahan keinginan untuk tersenyum sebagai tanda
syukurku saat itu.
Tiba-tiba "Duarrrrr........
ngiiiiiiiiiiiing......... whuusssssssssss buuuummmmmmmm...........".
Jauh di depanku sana ada sebuah pesawat yang meledak dan terbakar di
udara dan jatuh di belakang pulau di seberangku. Kami yang sedang
bersantai terkejut dan secara spontan berdiri melihat kejadian itu. Kami
saling bertanya-tanya tentang kejadian itu. "Pesawat apa itu?".
"Bagaimana kondisinya?"."Bagaimana keadaan penumpangnya?". Tentu saja
tak ada yang mampu menjawab.
Rasa panik, cemas, simpati,
dan rasa-rasa lainnya berkumpul di dalam hati kami. Entah sejak kapan di
tempat yang sepi itu tiba-tiba sudah penuh sesak oleh orang-orang yang
penasaran, sama dengan kami. Seseorang diantara kami tiba-tiba langsung
mengajak kami menaiki kapal kayunya yang sedang bersandar di sebelah
barat dermaga. "Ayo, semua naik! Kita tolong mereka!", teriaknya. Kapal
ukuran sedang itu ternyata sudah dipenuhi orang-orang berpakaian gamis
putih-putih dan bersorban. Memakai tasbih di tangannya dan menggunakan
kain hijau tua yang dikalungkan di leher mereka. Mereka duduk beralaskan
karpet hijau polos yang sudah penuh. Reaksiku saat itu hanya langsung
melompat ke kapal itu dan bergabung di samping mereka dan duduk di
bagian yang tak kebagian karpet. Sama sekali tak berpikir apa resiko
yang akan terjadi.
Belum juga aku nyaman dengan dudukku,
suara mesin kapal sudah menggeram dan beberapa detik kemudian berjalan.
Spontan aku berdoa "Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa haula walaa
quwwata illaa billaahil 'aliyyil adziim". Aku sangat kaget karena kapal
tersebut justru berjalan ke arah dermaga dengan cepat. Aku hanya
berpikir pasti kapal relawan beserta isinya yang aneh itu sebentar lagi
menabrak dermaga dan akan tenggelam. Ternyata aku salah, sang nahkoda
sudah sangat ahli dalam bermanuver. Seperti layaknya mobil di daratan,
kapal itu membelok tajam ke kiri kemudian melaju kencang. Ini hal paling
mustahil yang pernah muncul dalam hidupku. "Waah?", kataku tercekat
tapi penuh pertanyaan. "Alhamdulillah... huufff", ucapku lega.
Aku
berpindah ke bagian ujung depan kapal. Di sana aku bisa leluasa melihat
arah laju kapal. Kapal itu melaju cepat ke arah utara menuju tempat
jatuhnya pesawat tadi. Melewati beberapa kumpulan pohon bakau yang
menghalangi. Salah seorang bapak yang bertugas sebagai awak kapal sempat
bercerita padaku. "Beberapa waktu yang lalu di sekitar sini ada kapal
yang karam. Kita mencoba membantu, tapi mereka menghilang tanpa jejak",
ucapnya. Lalu tiba-tiba bapak itu loncat ke air dan mengarahkan kapal
melewati sela-sela pohon bakau. Seperti berjalan di atas laut, meskipun
kakinya terendam beberapa centi. "Tapi ini kan tengah laut", pikirku.
Ah, aku tak tahu apa yang sedang terjadi dan tak peduli, yang jelas aku
menikmati perjalanan tersebut.
Pemandangannya masih
konsisten seperti di surga yang ku ceritakan tadi. Tapi aku sempat heran
ketika tiba-tiba kapal itu turun ke daratan. Ya, laut ini lebih tinggi
beberapa centi dari daratan itu. Anehnya, air laut tak mampu menggenangi
daratan itu. Akhirnya kapal aneh itu melaju di darat dan berada di
jalan umum bersama kendaraan darat lainnya. Semakin aneh kapal itu. Aku
penasaran kenapa kapal aneh ini bisa berjalan di darat. Lalu aku sedikit
melongokkan kepala ke bawah ujung kapal itu dan melihat ada sebuah roda
di ujung kapal tersebut. "Sejak kapan kapal punya roda dan berjalan di
darat? Aneh...", pikirku.
Kapal itu akhirnya kembali masuk
ke laut. Cukup terguncang-guncang saat kapal masuk kembali ke laut.
Cipratan-cipratan air laut sedikit membasahi kami. Tak terasa asin,
justru segar. Kapal berhenti beberapa detik, kemudian melanjutkan
perjalanan. "Oh, mungkin lagi ngelipet ban", pikirku sok tahu. Beberapa
menit kemudian kami berhenti di sebuah pulau dengan sebuah bangunan yang
berbatasan langsung dengan laut. Di sana ada beberapa anak tangga
memanjang yang memisahkan laut dan bangunan itu sehingga memudahkan
kapal kami bersandar.
Entah kenapa perasaanku mengatakan
bahwa kita berada di negeri tetangga Malaysia. Dan benar saja ketika
salah seorang penumpang membenarkan perasaan saya. "Canggih sekali orang
ini, bisa tahu perasaan orang", batinku. Aku berpikir bagaimana bisa
sampai di negeri orang tanpa persiapan apa-apa dan dalam waktu singkat,
sekitar 5 menit. Padahal untuk ke luar negeri membutuhkan surat-surat
keimigrasian. Semakin aneh saja di sini, ketika sang penjaga bangunan
menanyakan surat-surat kami dan salah satu penumpang kapal yang
belakangan ku ketahui sebagai koordinator kami menjawab bahwa
surat-surat kami sedang diurus dan nanti akan menyusul. "Emang boleh
nyusul ya? Ah, ya sudahlah di sini kami ingin menolong korban pesawat
bukan untuk yang lain apalagi untuk mencari jawaban dari hal yang
membingungkan ini", pikirku.
Akhirnya kami diperbolehkan
masuk menyusuri bangunan tersebut dengan diantar sang penjaga. Mirip
kompleks bangunan sebuah sekolah tua. Di sana banyak tumbuhan-tumbuhan
yang unik. Salah satunya adalah tumbuhan strawberry yang tumbuh pendek
di pinggiran koridor yang kami lewati. Kami pun mengambilnya beberapa
lalu memakannya. Aku lupa rasanya, sama sekali tak mirip dengan rasa
buah strawberry yang pernah ku makan. Bentuknya pun aneh, lonjong tidak
beraturan mirip jambu air. Tapi terdapat bintil-bintil pada permukaannya
sehingga aku tak ragu menyebut ini strawberry.
Buah yang
ku makan belum habis ketika aku melihat buah yang sama, tetapi berada di
pohon yang berbeda. Kali ini buahnya berada di pohon kayu mirip pohon
cemara yang cukup tinggi. Sepertinya terjadi persilangan alami antara
kedua tumbuhan yang ku temui itu. Analisaku mungkin salah, karena
menurut pelajaran biologi yang pernah ku pelajari mustahil hal itu bisa
terjadi. Tapi itulah faktanya, fakta bisa dengan mudah mengalahkan
segala teori yang ada.
Kami lalu melanjutkan pencarian
pesawat yang jatuh itu sambil bercerita-cerita dengan asyik. Lebih mirip
wisatawan daripada relawan.
Anehnya, setelah mencari-cari
ternyata kami sama sekali tidak menemukan tanda-tanda adanya pesawat
yang jatuh di sini. Semangat kami mencari mulai pudar. Meskipun begitu,
tak ada rasa kecewa dalam diri kami walaupun tak jadi berpetualang
menjadi relawan. Memang membingungkan ketika apa yang kami lihat begitu
nyata tiba-tiba seperti hanya ilusi. Padahal kejadian itu sudah berhasil
membuat kami panik dan spontan menggerakkan kami menuju pulau ini.
Aku
teringat ucapan bapak yang bertugas sebagai awak kapal tadi. Kejadian
ini mungkin mirip dengan kisahnya. Ini aneh dan misterius...
Akhirnya
kami lebih memilih menikmati suasana sembari mengobrol dan bercanda
seperti biasa dengan tetap menikmati buah strawberry "jadi-jadian" yang
tinggal kami petik sesuka kami. Singkatnya, kami mengakhiri petualangan
kami dan pulang hanya dengan berjalan kaki melewati jalan raya yang
dilewati oleh kapal aneh itu. Kali ini tak ada lautan sama sekali.
Bahkan tak jelas lagi di mana letak tempat yang kami sebut surga tadi.
Tak ada siapa-siapa lagi, hanya aku sendiri yang seolah-olah sedang
berjalan, padahal aku sedang diam. Sungguh membingungkan...
Oh
iya, sesampainya di pulau tadi aku tak pernah lagi melihat orang-orang
berbaju putih dan bersorban yang ikut dalam kapal aneh itu. Bahkan aku
sudah tak ingat bahwa aku sedang berpuasa sehingga bisa dengan lahap
memakan buah strawberry yang ada di pulau itu. Itu berarti bertambah
lagi daftar kejadian aneh dan di luar nalar yang ku alami saat itu.
Aku masih tak habis pikir....
ANEH!!!
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)
Minggu
pagi (30/11/2014) kemarin, seperti biasa jika ada waktu luang pasti
menyempatkan diri menonton serial doraemon yang tayang di RCTI.Kartun
legendaris ini memang sejak dulu ceritanya tak pernah membosankan. Tapi
baru kali ini melihat yang bener-bener bisa dipelajari dalam kehidupan.
Dan kali ini betul-betul keren, membahas soal takdir.
Awalnya
Nobita iseng menggunakan mesin waktu ke masa depan untuk melihat masa
depan teman-temannya. Kemudian kembali lalu menawarkan teman-temannya
untuk diramal.
Hal tersebut dilihat oleh seorang pemuda
kurus dan miskin. Pemuda itu meminta diramal juga sambil memohon-mohon.
Lalu diajaklah Nobita ke rumahnya. Rumahnya biasa-biasa saja dan
cenderung jelek. Ia seorang yang bercita-cita menjadi penulis. Beberapa
naskah novel sudah ia buat, bahkan sejak SD tapi tak pernah selesai.
Akhirnya
Nobita menyanggupi dan mengajak Doraemon berkunjung ke 5 tahun ke
depan. Ternyata pemuda itu tetap miskin, bahkan kertas naskah-naskahnya
di jual ke tukang loak untuk ditukar dengan makanan, walaupun akhirnya
hanya bisa ditukar dengan 2 gulung tisu toilet.
Lumayan mengenaskan...
Nobita
dan doraemon kemudian kembali dan menceritakannya pada si pemuda. Tentu
saja pemuda itu sedikit putus asa dan menyadari bahwa ia tak akan bisa
menjadi penulis. Lalu dengan memotivasi dirinya sendiri “Aku tak boleh
putus asa, mungkin ini bukan jalanku, aku akan mencari pekerjaan lain”
kira-kira seperti itu ucapannya versi saya (karena saya juga lupa hehe).
Intinya ia bangkit dan berniat memilih pekerjaan lainnya .
Pulanglah Nobita dan Doraemon, di rumah mereka membicarakan betapa kasihannya si pemuda tadi.
Lalu
mereka teringat dan berkata “Kalau pemuda itu mengubah jalannya dan
tidak jadi penulis, maka pasti masa depannya berubah”. Kira-kira begitu
dialog mereka yang saya tangkap.
Mereka memutuskan mengunjungi si
pemuda lagi ke masa depan, namun tetap mendapati rumah si pemuda tetap
sama bahkan tambah jelek tak terawat. Rumah tersebut kosong dan menurut
info dari seorang tetangga, si pemuda belum pulang karena sedang bekerja
di pabrik.
Singkat cerita Nobita dan Doraemon akhirnya
bertemu kembali dengan si pemuda di rumahnya. Ia bercerita, kini ia
lebih bisa mensyukuri hidupnya, ia menyadari meskipun wawasannya kurang
tapi ia bisa menggunakan wawasan yang lain untuk tetap berkarya. Ia
ternyata tetap menulis novel di sela-sela pekerjaannya. Menurutnya,
diramal atau tidak kita harus tetap menerima kehidupan ini dengan baik,
menjalani hidup sebaik-baiknya. (Kalau menurut saya sih lebih baik tak
usah diramal, hehehe)
Tiba-tiba di sela obrolan mereka
datang segerombolan wartawan ingin mewawancarainya karena ternyata novel
karyanya mendapatkan penghargaan tertinggi.
Penerimaan terhadap hidupnya selama ini akhirnya membuahkan hasil.
“Nasib orang tidak bisa ditebak, jadi jalani saja apa yang diyakini sekarang”, kata si Nobita.
Asli keren‼!
Sejauh
yang saya pahami, begitulah konsep takdir. Ia bisa berubah tergantung
keputusan yang kita ambil saat ini. Lalu bagaimana dengan Lauhul Mahfuz?
Bukankah semuanya sudah dituliskanNya, bahkan daun yang jatuh pun
tertulis di sana?
Saya memahami bahwa apa yang ditulis
dalam Lauhul Mahfuz ini masih berupa kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi jika kita memilihnya pada saat ini. Jadi seperti ada
kemungkinan-kemungkinan yang jumlahnya tak terbatas ketika kita memilih
sebuah jalan atau keputusan. Misalkan, kita saat ini memilih menjadi
seorang yang rajin berusaha, selalu bersemangat, dan selalu berpikir
positif. Maka mungkin di masa mendatang kita menjadi seorang pengusaha,
motivator, inspirator, dan lain-lain. Meskipun kita tak pernah
benar-benar tahu kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Bayangkan
jika Lauhul Mahfuz ini TIDAK berupa kemungkinan-kemungkinan, jadi
misalkan Saudara ditakdirkan menjadi orang yang gagal misalnya.
Mudah-mudahan tidak ya, saya berdoa untuk Saudara supaya sukses pada
jalan masing-masing. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…
Tapi seandainya benar, apakah Saudara bisa terima dengan rela jika ditakdirkan seperti itu?
Kalau
memang satu-satunya jalan yang dituliskan pada “kitab” seseorang adalah
menjadi pencuri, koruptor, atau penjahat lainnya, maka bukankah kita
tak boleh menghujat mereka yang senyum-senyum di TV itu? Justru kita
seharusnya kasihan karena satu-satunya jalan mereka adalah menjadi
koruptor, pencuri, penjahat.
Tuhan tidak adil kalau seperti itu dong?
Jangan berpikir seperti itu ya.
Saya
yakin sekali kalau Tuhan itu Maha Adil. Saya menangkap KeMaha AdilanNya
dari pemahaman tentang takdir ini. IA memberi makhluk-makhluknya
berbagai kemungkinan yang bisa dipilih. Nasib kita murni diserahkan pada
kita. Saudara bisa memilih menjadi orang yang sukses dalam bidang
apapun yang Saudara tekuni atau memilih berkutat dengan kegalauan
dirinya. Sibuk memikirkan pacar yang belum tentu akan dinikahi tetapi
sudah pasti menghabiskan waktu produktif dan uang yang didapatkan dari
orang tua, sibuk mengeluhkan kekurangan dan kesulitan ini itu, dll.
Tapi
pada realitanya memilih ini tidak mudah, tapi mau atau tidak mau kita
pasti memilih. Dan sangat bisa kita memilih sesuatu yang nantinya akan
menguntungkan kita. Terlebih jika kita sadar akan adanya pilihan
tersebut.
Lalu apa yang kita lakukan jika merasakan kegagalan seperti yang dialami pemuda tadi?
Kalau
yang saya tangkap, saya tak boleh menyerah begitu saja, menerima
kondisi saat ini sebaik-baiknya sambil terus mencari passion yang tepat
yang di dalam hidup bisa membuat saya merasa bahagia dan bisa bersyukur
sepanjang hidup saya. Seandainya sudah ketemu, fokus ke hal tersebut dan
jangan pernah berhenti belajar.
Dan yang paling penting
adalah yakin, yakin kita punya Tuhan. Tuhan Seluruh Alam Semesta, Yang
Maha Rahman. Yang diibaratkan ketika kita datang padaNya dengan
berjalan, IA akan datang pada kita dengan berlari. Yang lebih dekat
daripada urat leher kita. Yang memiliki langit dan bumi.
Keyakinan
tersebut menghasilkan diri yang tak punya rasa khawatir sedikitpun
terhadap sandungan-sandungan kerikil dalam hidup. Tak muncul takut
menghadapi hidup ini apabila kita memilih tetap dalam jalurNya.
Seandainya suatu waktu sedikit keluar dari jalurNya pun kita masih bisa
memilih untuk kembali dan mendapatkan rahmatNya. Tetapi berusaha dan
berdoalah agar tak keluar jalurNya, maka sampai akhir nanti kita akan
selalu dalam jalurNya.
InsyaAllah...
Saling mendoakan, supaya saya
dan Saudara tetap dapat menikmati hidup ini dengan tetap berada dalam
jalurNya. Aamiin...
Saya kira saya yang sedang banyak
belajar ini butuh juga doa dan masukan dari Saudara. Jika Saudara punya
pemahaman lain yang lebih hebat dan lebih pas dari pemahaman saya, maka
ceritakanlah tanpa ragu. Saya yakin Saudara tak ingin menyimpan
pemahaman Saudara yang luar biasa itu sendirian. Siapa tau dengan
berbagi ini menjadi jalan Saudara merengkuh rahmatNya.
Dan jujur saya senang sekali jika punya partner dalam belajar mengenai kehidupan.
Bagaimana jika yang Saudara sampaikan salah dan menyimpang?
Penyampaian saya pun tak selalu benar.
Manusia tempatnya salah dan lupa, nanti kita perbaiki bersama. Jangan pernah berputus asa dari rahmatNya.
Sampai jumpa pada catatan-catatan belajar selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...