Selasa, 24 Februari 2015

Mengapa Dunia Pengembangan Diri Luar Biasa Menarik (3) : Pergeseran Paham, Mistik to Ilmiah



Assalamu’alaikum :)
Alhamdulillah setelah sekian hari jeda, ceritanya berlanjut lagi atas izinNya. Saya sudah tidak sabar berbagi cerita lagi. Jadi, tanpa perlu basa-basi lagi sebaiknya langsung dimulai saja.


“Metafisika”, ketika denger­ kata itu baik sengaja atau tidak apa yang ada di pikiran Anda?
Mengerikan dan harus dijauhi karena berhubungan dengan makhluk dari dunia sebelah, paranormal, kesaktian, dan sebagian menganggap musyrik? Atau sebaliknya, bikin penasaran, menghebatkan, dan bermanfaat? Atau bahkan lucu dan menggelikan?
Jangan nanya balik ke saya ya. Karena saya sudah pernah merasakan dan memiliki semua persepsi tersebut sehingga saya khawatir akan bingung menjawabnya. “Kok bisa?”.


Pertanyaan “Kok bisa?” ini seringkali saya jawab dengan “Masa gak bisa?” atau “Kenapa kok gak bisa?” atau dalam bahasa jawanya “Nopo kok rak iso?”. Hehehe….
Memang seiring berjalannya waktu dan pergeseran pemahaman, persepsi seseorang tentang suatu hal bisa berubah. Itulah yang terjadi pada diri saya.

Sebelum belajar metafisika, pemahaman saya tentang itu memang sebatas hal-hal yang berbau mistis, menyeramkan dan cenderung ke arah yang negatif. Itu mungkin yang sering disebut orang sebagai sindrom “kebanyakan nonton TV”. Yah dimaklumi saja karena saat itu masih sangat muda dan belum terlalu kritis terhadap hal-hal semacam itu. Tapi bukan hanya saya yang seperti itu lho, sampai sekarang masih banyak dijumpai orang-orang entah tua atau muda yang punya persepsi demikian.

Persepsi saya mulai berubah ketika saya belajar dan melakoni langsung menjadi praktisi metafisika. “Asyik sekali rasanya, bisa ngobatin orang jarak dekat dan jauh, bisa mementalkan orang yang menyerang, bisa memrogram orang sesuai keinginan, bisa menangkal gangguan metafisika, dll. Ternyata bermanfaat banget”, pikir saya saat itu setelah merasakan manfaatnya. (Udah jadi orang “sakti” nih ceritanya hehehe)

Perubahan persepsi itu terjadi karena ketika saya belajar dan melakoninya, ternyata aman-aman saja dan tidak tampak adanya indikasi musyrik, tidak pakai mantra-mantra, puasa atau syarat-syarat lain, dan sebagainya. Mungkin beberapa keilmuan ada yang melakukan hal tersebut, tapi tidak dengan keilmuan saya. (Allahu a'lam).

Tentu saja saya yang rasa penasarannya tinggi menjadi sangat bersemangat melatih dan mengeksplorasinya. Layaknya seorang anak kecil yang menemukan mainan baru, mulailah saya rajin browsing mengenai ilmu-ilmu energi yang sangat beragam. Tapi ujung-ujungnya saya kecewa, karena banyak sekali yang dalam artikelnya mengharuskan mengamalkan bacaan ini, doa itu, puasa ini itu yang tidak sesuai syariat. Saya sangat berhati-hati dalam belajar dan tentu saja menghindari hal-hal yang demikian. Sampai akhirnya saya menemukan beberapa penjelasan logis tentang metafisika yang dikemas dalam sudut pandang Hipnosis dan Fisika Quantum.

Kalau dalam sudut pandang Hipnosis, insyaAllah saya dapat menjelaskan beberapa prosesnya. Tapi mungkin pada kesempatan yang lain. Itu juga hasil diskusi yang sangat panjang baik secara langsung maupun melalui chatting dengan guru, senior di SMA N 2 Semarang, sekaligus sahabat saya yang luar biasa yaitu Mas Aristian Nugraha. Beliau ini seorang Hypnotist dan Hypnotherapist yang sudah tersertifikasi oleh lembaga yang paling kompeten di Indonesia tapi bisa dengan sabar dan gak ragu-ragu membagikan ilmunya pada saya. Beliau juga yang membuat saya semakin tertarik untuk mempelajari hypnosis. Saya ucapkan terima kasih pada beliau atas sharing ilmunya, semoga manfaat dan kebaikannya berlipat-lipat. Aamiin…

Nah sedangkan dalam sudut pandang Fisika Quantum, saya sedikit memahami beberapa contoh kasus dan penjelasannya, tapi jika dijelaskan melalui tulisan pasti membutuhkan waktu dan pemaparan yang tidak sedikit. Terlebih jika Anda meragukan kebenarannya. Oleh karena itu akan lebih baik dan menarik jika didiskusikan secara langsung sehingga benar-benar jelas, serta saya dan Anda bisa saling belajar satu sama lain.

Perjumpaan saya dengan konsep-konsep dalam Hypnosis dan Fisika Quantum inilah yang untuk kedua kalinya mengubah pemahaman saya mengenai fenomena “kesaktian” menjadi lebih ilmiah. Selain itu banyak teman Facebook saya ini yang hobinya membongkar trik-trik paranormal yang ternyata banyak sekali ketidaknyataan di dalamnya. Tak heran saat ini ketika melihat atau diceritakan beberapa fenomena yang “dianggap” metafisika, saya kadang senyum-senyum sendiri. Antara lucu, geli dan gemas, terlebih ketika melihat acara-acara televisi misteri yang “diperankan” oleh paranormal yang over lebay. Hehehe….

Selain itu, saya menemukan fenomena-fenomena yang “dianggap” metafisika ternyata bisa disederhanakan dan diciptakan dengan cepat tanpa latihan berbulan-bulan atau bertahun-tahun melalui pendekatan ilmu Hypnosis dan Fisika Quantum yang sangat ilmiah.
Ini sangat menarik….

Bersambung….

Mengapa Dunia Pengembangan Diri Luar Biasa Menarik? (2) : Pengalaman Menerapkan Ilmu Metafisika




Assalaamu’alaikum temans :)

Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk melanjutkan rangkaian cerita ini dan Anda masih bisa membacanya dengan sangat baik.
Okee ceritanya kita sambung lagi, kali ini saya akan fokus kepada pengalaman menerapkan ilmu metafisika tersebut.

Di sekolah saya terdapat sebuah aula yang konon kabarnya merupakan kerajaan jin yang sangat besar. Penguasanya adalah sosok jin laki-laki besar berwajah mengerikan yang kulitnya berwarna merah berambut panjang. Memiliki ribuan anak buah dengan berbagai macam bentuk entah itu laki-laki, perempuan, tua maupun muda, serta anak-anak kecil yang siap menyerang siapapun yang mengganggu keberadaan mereka.

Jangan sekali-sekali membayangkan bentuknya seseram apa, karena kemungkinan Anda akan nyambung dengan frekuensi mereka waspadalah nanti mereka bisa muncul di sekitar Anda saat Anda lengah.

Tapi jangan khawatir, karena saya hanya mengada-ada saja, saya pun belum pernah kebayang apalagi ditemui salah satu dari mereka. Hehehe…

Pernah suatu sore saya dan salah seorang rekan sedang bersantai di beranda masjid sekolah setelah ada sebuah kegiatan. Tiba-tiba kami berdua dipanggil oleh beberapa anggota dari sebuah ekskul yang saat itu sedang mengadakan latihan rutin di sekitar aula tersebut. Ternyata kami dipanggil gara-gara beberapa siswa anggota ekskul tersebut mengalami kesurupan. Saya dan rekan saya segera saja mendatangi mereka. Karena merasa bisa, saat itu kami tenang saja. Dengan melakukan prosedur-prosedur tertentu dalam menggunakan energi yang pernah diajarkan, kami mencoba mengatasi hal tersebut. Namun apa yang terjadi? Satu orang belum selesai ditangani, namun sudah bermunculan “korban-korban” baru yang lain. Seperti yang kita ketahui kesurupan memang seringkali menular.

Itu membuat kami terpaksa harus bolak-balik ke “korban” A lalu ke B, ke A lagi, lalu ke C, A minor, D minor ke G dan seterusnya hahaha…

Capek sekali rasanya karena energi kami terkuras banyak sekali. Apalagi saat itu menjelang maghrib yang konon menjadi waktu terkuat para bangsa jin dan kawan-kawannya. Kemudian kami memutuskan berhenti untuk sholat dulu dengan pertimbangan para “korban” sudah mulai tenang dan yakin mereka akan tetap aman walaupun para makhluk masih bersarang di dalamnya.

Seusai sholat maghrib dan menyelesaikan dzikir serta doa, dengan keyakinan bahwa energi kami telah ter-recharge, kami melanjutkan “pertarungan” kami dengan mereka. Terus terang saya dan rekan saya kewalahan saat itu. Susaaaah sekali mengeluarkan mereka, mungkin karena mereka sedang kuat-kuatnya. Apalagi mereka tidak bisa diajak berkomunikasi. Lalu karena sudah kehabisan akal, kami sepakat untuk menghubungi guru kami dengan maksud meminta bantuan dari jarak jauh. Tentu saja rasa percaya diri kami seketika meningkat setelahnya, energi kami menjadi luar biasa besar. Akhirnya satu persatu korban berhasil sadar kembali dan berakhirlah “pertarungan” kami, dengan kami yang keluar sebagai pemenangnya hehehe…

Kalau mengingatnya saya merasakan keseruannya di sana. Memang seru sekali ketika mengatasi hal-hal seperti itu. Ibarat sedang bertanding di sebuah pertarungan lintas dimensi, dimensi nyata dan dimensi ghaib. Tentu saja banyak yang menonton, di mana-mana tontonan gratis selalu banyak peminatnya hehehe…

Pengalaman tak terlupakan tersebutlah yang membuat rasa penasaran saya bertambah tinggi terhadap ilmu-ilmu seperti ini. Saya bersyukur diberi rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga saya selalu mau mempelajari hal-hal yang lebih dari yang diajarkan guru saya. Ya, saya menjadi sangat hobi membaca artikel-artikel tentang metafisika, hypnosis, hypnotherapy, dan sebagainya yang akhirnya menggeser pemahaman saya ke pemahaman baru yang lebih logis dan aman dari rusaknya aqidah.

Bersambung…

Mengapa Dunia Pengembangan Diri Luar Biasa Menarik? (1) : Berawal dari Dunia Metafisika

Assalaamu'alaikum, selamat morning teman-teman yang dimuliakanNya...

Kali ini ingin rasanya bercerita mengenai awal mula mengapa saya sangat tertarik dengan dunia pengembangan diri dan kawan-kawannya (Hypnosis, Hypnotherapy, NLP, Energy Healing, EFT/SEFT, Vibrasi, Quantum dll.) Mungkin beberapa istilah tampak asing bagi beberapa orang. Tapi InsyaAllah akan dijelaskan pada rentetan cerita bersambung ini. Seandainya tidak sabar, mungkin teman-teman bisa langsung googling dan mencari penjelasan langsung dari sumber yang terpercaya.

Tujuannya selain sebagai pembelajaran saya, juga untuk meluruskan persepsi umum mengenai hal-hal di atas. Sehingga paling tidak sedikit bergeser pemahamannya kearah yang lebih positif. Oke kita mulai langsung saja.


Ehm tes tes…
Baiklah, saya akan mulai dari masa ketika saya duduk di bangku kelas X SMA sekitar tahun 2010. Di sekolah, saya bergabung dengan sebuah ekstrakurikuler yang bernama Holistic Healing Training (sekarang berganti nama menjadi Natural Healing Training) yaitu ekskul yang fokus membahas dan mengajarkan mengenai metode-metode pengobatan timur (Accupressure, Reflexology, Bekam, Thibun Nabawi, dll.). Saya kira ini hanya ada satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin satu-satunya di dunia, dan itu di sekolah saya hehe...

Seiring berjalannya waktu dan bertambah majunya keilmuan, mulailah diajarkan mengenai keilmuan yang memanfaatkan energi metafisika murni (red: energi metafisika yang bersumber dari pengolahan energi alam, bukan dari jin dan kawan-kawannya) yang digunakan untuk pengobatan. Gak tanggung-tanggung, bukan cuma untuk mengobati penyakit medis saja, bahkan penyakit non medis seperti santet, tenung/teluh, kesurupan, gangguan jin, dan lainnya pun bisa baik jarak dekat maupun jarak jauh.Selain itu juga mempelajari cara-cara pendeteksian energi, beladiri energi, memproteksi dengan energi, dan lain sebagainya. Di lain waktu saya akan bercerita tentang ini.

Sampai tahap ini sudah mulai terkesan mistis dan menyeramkan atau belum? hehehe…

Sebenarnya masih belum terlalu menyeramkan, karena nanti entah pada halaman ini atau pada halaman yang lain, InsyaAllah akan saya ceritakan pengalaman saya yang lebih menyeramkan menurut sebagian orang.

Perlu saya ingatkan kembali terutama untuk diri saya sendiri dan pembaca, bahwa tulisan ini hanyalah sebagai  pembelajaran bagi saya dan bukan bermaksud “sok” atau “gimana gitu”. Sekali lagi hanya untuk pembelajaran. Jadi, mohon maaf apabila ada kesan yang kurang menyenangkan.

Oke, kembali lagi ke masa SMA. Saya bisa dibilang sangat aktif dalam ekskul tersebut bahkan termasuk salah satu yang dianggap paling berbakat dalam bidang metafisika bersama beberapa rekan saya yang juga dianggap paling berbakat. Ya, karena mungkin saya termasuk orang yang lumayan cepat menyerap ilmu yang diajarkan. Di ajari cara A bisa, cara B bisa, dan masih banyak lagi. Tapi belakangan ini saya jadi tahu kenapa saya begitu berbakat dalam hal tersebut. Karena sebenarnya siapapun bisa dan berbakat, termasuk Anda. Tapi saya belum berniat membahasnya pada halaman ini.

Dengan bekal kemampuan tersebut, saya bersama beberapa teman tentunya sangat dipercaya untuk menangani beberapa kasus yang seringkali warga sekolah menganggapnya sebagai akibat dari pengaruh “makhluk lain” atau perbuatan para “orang pintar”. Mulai dari yang “dianggap” sebagai tenung lah, santet lah, kesurupan atau apapun yang hampir setiap minggu pasti terjadi di sekolah saya.

Kenapa menggunakan kata “dianggap”? Ya, karena akhirnya saya memahami bahwa tidak semua kasus tersebut sumbernya dari hal-hal tersebut. Meskipun begitu saya saat itu masih meng-iyakan bahwa kasus-kasus tersebut bersumber dari hal-hal sebagaimana yang sudah disebutkan di atas. Dengan kata lain, saya belum "sadar" dari semua itu. Nah sampai di sini pastinya menarik. Intinya saya dan beberapa teman menjadi orang yang sangat sakti saat itu. Walaupun akhirnya saya tahu bahwa semua orang sebenarnya “sakti” sejak lahir, dari sananya hehehe...

Itulah awal mula saya mengenal dunia pengembangan diri, pada cerita-cerita selanjutnya akan diceritakan bagaimana hal-hal tersebut bisa saya lakukan, sehingga nanti muncul titik temu bagaimana hal-hal tersebut secara logika bisa terjadi, InsyaAllah…

Bersambung….

ANEH !!!


Pagi hari di bulan Ramadhan itu, aku sedang bercengkrama dengan beberapa kawan di sebuah tempat asing bagiku. Sungguh ketika orang-orang melihatnya akan mengatakan "Inilah mungkin salah satu dari 8 surga itu...". Tempat di tepi laut yang sepi dan berangin sepoi-sepoi itu memang menjadi surga juga bagiku dan kawan-kawan yang saat itu bersantai sambil berbincang dengan sangat nyaman. Bahkan sama sekali tak terasa kalau kami sedang berpuasa. Back sound kicauan-kicauan burung menambah nyaman perasaan dan hati kami saat itu.

Aku berdiri merenggangkan badan dan asyik menikmati pemandangan dan segarnya udara di pagi itu. Egois sekali aku saat itu, rasanya ingin menghabiskan sendiri oksigen berkualitas tinggi lagi gratis pemberian Sang Kuasa yang memenuhi tempat itu. Sementara itu kawan-kawanku sedang melanjutkan obrolan mereka. Nampak sekali pancaran kebahagiaan dari mereka. Terlihat dari seringnya mereka bercanda dan tertawa.

Aku menarik nafas panjang sekali sambil merasakan nikmatNya yang mungkin hanya bisa dirasakan sekali seumur hidup. Aku bersyukur sekali saat itu, lalu kuhembuskan nafas perlahan mengikuti irama angin yang menerpa tubuhku. Aku tak bisa menahan keinginan untuk tersenyum sebagai tanda syukurku saat itu.

Tiba-tiba "Duarrrrr........ ngiiiiiiiiiiiing......... whuusssssssssss buuuummmmmmmm...........". Jauh di depanku sana ada sebuah pesawat yang meledak dan terbakar di udara dan jatuh di belakang pulau di seberangku. Kami yang sedang bersantai terkejut dan secara spontan berdiri melihat kejadian itu. Kami saling bertanya-tanya tentang kejadian itu. "Pesawat apa itu?". "Bagaimana kondisinya?"."Bagaimana keadaan penumpangnya?". Tentu saja tak ada yang mampu menjawab.

Rasa panik, cemas, simpati, dan rasa-rasa lainnya berkumpul di dalam hati kami. Entah sejak kapan di tempat yang sepi itu tiba-tiba sudah penuh sesak oleh orang-orang yang penasaran, sama dengan kami. Seseorang diantara kami tiba-tiba langsung mengajak kami menaiki kapal kayunya yang sedang bersandar di sebelah barat dermaga. "Ayo, semua naik! Kita tolong mereka!", teriaknya. Kapal ukuran sedang itu ternyata sudah dipenuhi orang-orang berpakaian gamis putih-putih dan bersorban. Memakai tasbih di tangannya dan menggunakan kain hijau tua yang dikalungkan di leher mereka. Mereka duduk beralaskan karpet hijau polos yang sudah penuh. Reaksiku saat itu hanya langsung melompat ke kapal itu dan bergabung di samping mereka dan duduk di bagian yang tak kebagian karpet. Sama sekali tak berpikir apa resiko yang akan terjadi.

Belum juga aku nyaman dengan dudukku, suara mesin kapal sudah menggeram dan beberapa detik kemudian berjalan. Spontan aku berdoa "Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil adziim". Aku sangat kaget karena kapal tersebut justru berjalan ke arah dermaga dengan cepat. Aku hanya berpikir pasti kapal relawan beserta isinya yang aneh itu sebentar lagi menabrak dermaga dan akan tenggelam. Ternyata aku salah, sang nahkoda sudah sangat ahli dalam bermanuver. Seperti layaknya mobil di daratan, kapal itu membelok tajam ke kiri kemudian melaju kencang. Ini hal paling mustahil yang pernah muncul dalam hidupku. "Waah?", kataku tercekat tapi penuh pertanyaan. "Alhamdulillah... huufff", ucapku lega.

Aku berpindah ke bagian ujung depan kapal. Di sana aku bisa leluasa melihat arah laju kapal. Kapal itu melaju cepat ke arah utara menuju tempat jatuhnya pesawat tadi. Melewati beberapa kumpulan pohon bakau yang menghalangi. Salah seorang bapak yang bertugas sebagai awak kapal sempat bercerita padaku. "Beberapa waktu yang lalu di sekitar sini ada kapal yang karam. Kita mencoba membantu, tapi mereka menghilang tanpa jejak", ucapnya. Lalu tiba-tiba bapak itu loncat ke air dan mengarahkan kapal melewati sela-sela pohon bakau. Seperti berjalan di atas laut, meskipun kakinya terendam beberapa centi. "Tapi ini kan tengah laut", pikirku. Ah, aku tak tahu apa yang sedang terjadi dan tak peduli, yang jelas aku menikmati perjalanan tersebut.

Pemandangannya masih konsisten seperti di surga yang ku ceritakan tadi. Tapi aku sempat heran ketika tiba-tiba kapal itu turun ke daratan. Ya, laut ini lebih tinggi beberapa centi dari daratan itu. Anehnya, air laut tak mampu menggenangi daratan itu. Akhirnya kapal aneh itu melaju di darat dan berada di jalan umum bersama kendaraan darat lainnya. Semakin aneh kapal itu. Aku penasaran kenapa kapal aneh ini bisa berjalan di darat. Lalu aku sedikit melongokkan kepala ke bawah ujung kapal itu dan melihat ada sebuah roda di ujung kapal tersebut. "Sejak kapan kapal punya roda dan berjalan di darat? Aneh...", pikirku.

Kapal itu akhirnya kembali masuk ke laut. Cukup terguncang-guncang saat kapal masuk kembali ke laut. Cipratan-cipratan air laut sedikit membasahi kami. Tak terasa asin, justru segar. Kapal berhenti beberapa detik, kemudian melanjutkan perjalanan. "Oh, mungkin lagi ngelipet ban", pikirku sok tahu. Beberapa menit kemudian kami berhenti di sebuah pulau dengan sebuah bangunan yang berbatasan langsung dengan laut. Di sana ada beberapa anak tangga memanjang yang memisahkan laut dan bangunan itu sehingga memudahkan kapal kami bersandar. 

Entah kenapa perasaanku mengatakan bahwa kita berada di negeri tetangga Malaysia. Dan benar saja ketika salah seorang penumpang membenarkan perasaan saya. "Canggih sekali orang ini, bisa tahu perasaan orang", batinku. Aku berpikir bagaimana bisa sampai di negeri orang tanpa persiapan apa-apa dan dalam waktu singkat, sekitar 5 menit. Padahal untuk ke luar negeri membutuhkan surat-surat keimigrasian. Semakin aneh saja di sini, ketika sang penjaga bangunan menanyakan surat-surat kami dan salah satu penumpang kapal yang belakangan ku ketahui sebagai koordinator kami menjawab bahwa surat-surat kami sedang diurus dan nanti akan menyusul. "Emang boleh nyusul ya? Ah, ya sudahlah di sini kami ingin menolong korban pesawat bukan untuk yang lain apalagi untuk mencari jawaban dari hal yang membingungkan ini", pikirku.

Akhirnya kami diperbolehkan masuk menyusuri bangunan tersebut dengan diantar sang penjaga. Mirip kompleks bangunan sebuah sekolah tua. Di sana banyak tumbuhan-tumbuhan yang unik. Salah satunya adalah tumbuhan strawberry yang tumbuh pendek di pinggiran koridor yang kami lewati. Kami pun mengambilnya beberapa lalu memakannya. Aku lupa rasanya, sama sekali tak mirip dengan rasa buah strawberry yang pernah ku makan. Bentuknya pun aneh, lonjong tidak beraturan mirip jambu air. Tapi terdapat bintil-bintil pada permukaannya sehingga aku tak ragu menyebut ini strawberry.

Buah yang ku makan belum habis ketika aku melihat buah yang sama, tetapi berada di pohon yang berbeda. Kali ini buahnya berada di pohon kayu mirip pohon cemara yang cukup tinggi. Sepertinya terjadi persilangan alami antara kedua tumbuhan yang ku temui itu. Analisaku mungkin salah, karena menurut pelajaran biologi yang pernah ku pelajari mustahil hal itu bisa terjadi. Tapi itulah faktanya, fakta bisa dengan mudah mengalahkan segala teori yang ada.

Kami lalu melanjutkan pencarian pesawat yang jatuh itu sambil bercerita-cerita dengan asyik. Lebih mirip wisatawan daripada relawan.
Anehnya, setelah mencari-cari ternyata kami sama sekali tidak menemukan tanda-tanda adanya pesawat yang jatuh di sini. Semangat kami mencari mulai pudar. Meskipun begitu, tak ada rasa kecewa dalam diri kami walaupun tak jadi berpetualang menjadi relawan. Memang membingungkan ketika apa yang kami lihat begitu nyata tiba-tiba seperti hanya ilusi. Padahal kejadian itu sudah berhasil membuat kami panik dan spontan menggerakkan kami menuju pulau ini.

Aku teringat ucapan bapak yang bertugas sebagai awak kapal tadi. Kejadian ini mungkin mirip dengan kisahnya. Ini aneh dan misterius...

Akhirnya kami lebih memilih menikmati suasana sembari mengobrol dan bercanda seperti biasa dengan tetap menikmati buah strawberry "jadi-jadian" yang tinggal kami petik sesuka kami. Singkatnya, kami mengakhiri petualangan kami dan pulang hanya dengan berjalan kaki melewati jalan raya yang dilewati oleh kapal aneh itu. Kali ini tak ada lautan sama sekali. Bahkan tak jelas lagi di mana letak tempat yang kami sebut surga tadi. Tak ada siapa-siapa lagi, hanya aku sendiri yang seolah-olah sedang berjalan, padahal aku sedang diam. Sungguh membingungkan... 

Oh iya, sesampainya di pulau tadi aku tak pernah lagi melihat orang-orang berbaju putih dan bersorban yang ikut dalam kapal aneh itu. Bahkan aku sudah tak ingat bahwa aku sedang berpuasa sehingga bisa dengan lahap memakan buah strawberry yang ada di pulau itu. Itu berarti bertambah lagi daftar kejadian aneh dan di luar nalar yang ku alami saat itu.

Aku masih tak habis pikir....

ANEH!!!

Memahami Konsep Takdir Dari Serial Doraemon


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh :)

Minggu pagi (30/11/2014) kemarin, seperti biasa jika ada waktu luang pasti menyempatkan diri menonton serial doraemon yang tayang di RCTI.Kartun legendaris ini memang sejak dulu ceritanya tak pernah membosankan. Tapi baru kali ini melihat yang bener-bener bisa dipelajari dalam kehidupan. Dan kali ini betul-betul keren, membahas soal takdir.

Awalnya Nobita iseng menggunakan mesin waktu ke masa depan untuk melihat masa depan teman-temannya. Kemudian kembali lalu menawarkan teman-temannya untuk diramal.

Hal tersebut dilihat oleh seorang pemuda kurus dan miskin. Pemuda itu meminta diramal juga sambil memohon-mohon. Lalu diajaklah Nobita ke rumahnya. Rumahnya biasa-biasa saja dan cenderung jelek. Ia seorang yang bercita-cita menjadi penulis. Beberapa naskah novel sudah ia buat, bahkan sejak SD tapi tak pernah selesai.

Akhirnya Nobita menyanggupi dan mengajak Doraemon berkunjung ke 5 tahun ke depan. Ternyata pemuda itu tetap miskin, bahkan kertas naskah-naskahnya di jual ke tukang loak untuk ditukar dengan makanan, walaupun akhirnya hanya bisa ditukar dengan 2 gulung tisu toilet.

Lumayan mengenaskan...

Nobita dan doraemon kemudian kembali dan menceritakannya pada si pemuda. Tentu saja pemuda itu sedikit putus asa dan menyadari bahwa ia tak akan bisa menjadi penulis. Lalu dengan memotivasi dirinya sendiri “Aku tak boleh putus asa, mungkin ini bukan jalanku, aku akan mencari pekerjaan lain” kira-kira seperti itu ucapannya versi saya (karena saya juga lupa hehe). Intinya ia bangkit dan berniat memilih pekerjaan lainnya .

Pulanglah Nobita dan Doraemon, di rumah mereka membicarakan betapa kasihannya si pemuda tadi.
Lalu mereka teringat dan berkata “Kalau pemuda itu mengubah jalannya dan tidak jadi penulis, maka pasti masa depannya berubah”. Kira-kira begitu dialog mereka yang saya tangkap.
Mereka memutuskan mengunjungi si pemuda lagi ke masa depan, namun tetap mendapati rumah si pemuda tetap sama bahkan tambah jelek tak terawat. Rumah tersebut kosong dan menurut info dari seorang tetangga, si pemuda belum pulang karena sedang bekerja di pabrik.

Singkat cerita Nobita dan Doraemon akhirnya bertemu kembali dengan si pemuda di rumahnya. Ia bercerita, kini ia lebih bisa mensyukuri hidupnya, ia menyadari meskipun wawasannya kurang tapi ia bisa menggunakan wawasan yang lain untuk tetap berkarya. Ia ternyata tetap menulis novel di sela-sela pekerjaannya. Menurutnya, diramal atau tidak kita harus tetap menerima kehidupan ini dengan baik, menjalani hidup sebaik-baiknya. (Kalau menurut saya sih lebih baik tak usah diramal, hehehe)

Tiba-tiba di sela obrolan mereka datang segerombolan wartawan ingin mewawancarainya karena ternyata novel karyanya mendapatkan penghargaan tertinggi.

Penerimaan terhadap hidupnya selama ini akhirnya membuahkan hasil.

“Nasib orang tidak bisa ditebak, jadi jalani saja apa yang diyakini sekarang”, kata si Nobita.

Asli keren‼!

Sejauh yang saya pahami, begitulah konsep takdir. Ia bisa berubah tergantung keputusan yang kita ambil saat ini. Lalu bagaimana dengan Lauhul Mahfuz? Bukankah semuanya sudah dituliskanNya, bahkan daun yang jatuh pun tertulis di sana?

Saya memahami bahwa apa yang ditulis dalam Lauhul Mahfuz ini masih berupa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika kita memilihnya pada saat ini. Jadi seperti ada kemungkinan-kemungkinan yang jumlahnya tak terbatas ketika kita memilih sebuah jalan atau keputusan. Misalkan, kita saat ini memilih menjadi seorang yang rajin berusaha, selalu bersemangat, dan selalu berpikir positif. Maka mungkin di masa mendatang kita menjadi seorang pengusaha, motivator, inspirator, dan lain-lain. Meskipun kita tak pernah benar-benar tahu kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Bayangkan jika Lauhul Mahfuz ini TIDAK berupa kemungkinan-kemungkinan, jadi misalkan Saudara ditakdirkan menjadi orang yang gagal misalnya. Mudah-mudahan tidak ya, saya berdoa untuk Saudara supaya sukses pada jalan masing-masing. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin…
Tapi seandainya benar, apakah Saudara bisa terima dengan rela jika ditakdirkan seperti itu?

Kalau memang satu-satunya jalan yang dituliskan pada “kitab” seseorang adalah menjadi pencuri, koruptor, atau penjahat lainnya, maka bukankah kita tak boleh menghujat mereka yang senyum-senyum di TV itu? Justru kita seharusnya kasihan karena satu-satunya jalan mereka adalah menjadi koruptor, pencuri, penjahat.
Tuhan tidak adil kalau seperti itu dong?

Jangan berpikir seperti itu ya.

Saya yakin sekali kalau Tuhan itu Maha Adil. Saya menangkap KeMaha AdilanNya dari pemahaman tentang takdir ini. IA memberi makhluk-makhluknya berbagai kemungkinan yang bisa dipilih. Nasib kita murni diserahkan pada kita. Saudara bisa memilih menjadi orang yang sukses dalam bidang apapun yang Saudara tekuni atau memilih berkutat dengan kegalauan dirinya. Sibuk memikirkan pacar yang belum tentu akan dinikahi tetapi sudah pasti menghabiskan waktu produktif dan uang yang didapatkan dari orang tua, sibuk mengeluhkan kekurangan dan kesulitan ini itu, dll.

Tapi pada realitanya memilih ini tidak mudah, tapi mau atau tidak mau kita pasti memilih. Dan sangat bisa kita memilih sesuatu yang nantinya akan menguntungkan kita. Terlebih jika kita sadar akan adanya pilihan tersebut.

Lalu apa yang kita lakukan jika merasakan kegagalan seperti yang dialami pemuda tadi?
Kalau yang saya tangkap, saya tak boleh menyerah begitu saja, menerima kondisi saat ini sebaik-baiknya sambil terus mencari passion yang tepat yang di dalam hidup bisa membuat saya merasa bahagia dan bisa bersyukur sepanjang hidup saya. Seandainya sudah ketemu, fokus ke hal tersebut dan jangan pernah berhenti belajar.

Dan yang paling penting adalah yakin, yakin kita punya Tuhan. Tuhan Seluruh Alam Semesta, Yang Maha Rahman. Yang diibaratkan ketika kita datang padaNya dengan berjalan, IA akan datang pada kita dengan berlari. Yang lebih dekat daripada urat leher kita. Yang memiliki langit dan bumi.

Keyakinan tersebut menghasilkan diri yang tak punya rasa khawatir sedikitpun terhadap sandungan-sandungan kerikil dalam hidup. Tak muncul takut menghadapi hidup ini apabila kita memilih tetap dalam jalurNya. Seandainya suatu waktu sedikit keluar dari jalurNya pun kita masih bisa memilih untuk kembali dan mendapatkan rahmatNya. Tetapi berusaha dan berdoalah agar tak keluar jalurNya, maka sampai akhir nanti kita akan selalu dalam jalurNya.
InsyaAllah...
Saling mendoakan, supaya saya dan Saudara  tetap dapat menikmati hidup ini dengan tetap berada dalam jalurNya. Aamiin...

Saya kira saya yang sedang banyak belajar ini butuh juga doa dan masukan dari Saudara. Jika Saudara punya pemahaman lain yang lebih hebat dan lebih pas dari pemahaman saya, maka ceritakanlah tanpa ragu. Saya yakin Saudara tak ingin menyimpan pemahaman Saudara yang luar biasa itu sendirian. Siapa tau dengan berbagi ini menjadi jalan Saudara merengkuh rahmatNya.

Dan jujur saya senang sekali jika punya partner dalam belajar mengenai kehidupan.

Bagaimana jika yang Saudara sampaikan salah dan menyimpang?
Penyampaian saya pun tak selalu benar.
Manusia tempatnya salah dan lupa, nanti kita perbaiki bersama. Jangan pernah berputus asa dari rahmatNya.
Sampai jumpa pada catatan-catatan belajar selanjutnya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...